Tidak efisien, Bersihkan saluran 10m dikerjakan puluhan petugas |
Jakarta,
tabloidmetrolima.com - Petugas Penanganan
Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) sebagai anak emas alias kesayangan Gubernur
DKI Ahok, kini mulai dipertanyakan kinerjanya. Pasalnya, banyak petugas PPSU
yang mulai tidak disiplin. Mereka kebanyakan bekerja tanpa ada komando,
walaupun Lurah dan Kepala Seksi sudah memberikan zona-zona. Namun akibat
lemahnya pengawasan, maka sebagian petugas PPSU lebih banyak nongkrong alias
bermalas-malasan sambil main Hp.
Dari pantauan
Metro Lima News, kinerja petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) khususnya di Jakarta Selatan, mulai tidak terarah kerjanya, dan terkesan
tanpa ada ada komando dari Lurah.
Pengawasan memang
sangat ketat namun itu Cuma berlaku pada awal saja. Belakangan, para petugas
PPSU mulai tidak terarah, mereka kebanyakan
kerjanya semaunya sendiri.
Sering terlihat
sejumlah petugas PPSU bekerja di satu titik jalan dengan panjang sekitar sepuluh meter, dengan jumlah petugas
mencapai 10 orang.
Masyarakat
mempertanyakan kinerja Petugas PPSU karena mereka lebih banyak bolak-balik naik
motor, setelah itu main hp. “Mereka
kerjanya tidak terarah , seperti di depan halaman toko, yang semestinya
bukan dikerjakan oleh petugas PPSU, namun malah dikerjakan petugas PPSU ampai 2 orang,” kata Amin warga Cilandak.
Begitu juga Ibu
Yanti (52) warga Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan yang menilai kinerja
petugas PPSU makin tidak terarah. “Enak ya petugas PPSU, sekarang gajinya sudah
mau ditambah, yang sebelumnya Rp
2.700.000, kini menjadi Rp 3.100.000. Tapi
kok kerjanya seperti itu, pasti banyak orang yang pada mau kerja di PPSU dong, karena kerja semaunya aja, seperti ada yang kerja
sunguhan, padahal cuma mainin Hp. Lalu
ada yang hanya bolak balik naik motor, serta ada juga yang nongkrong –
nongkrong,” ujarnya.
Lain lagi yang
disampikan Santi warga Pesanggrahan, dia melihat sekarang petugas PPSU rajin
memotong dahan pohon (penopingan), dan hasilnya malah makin parah. “Petugas
PPSU sekarang rajin potong dahan, tapi tidak tahu estetikanya. Setelah dipotong
pemandangan jadi acak-acakan, jelek,” katanya.
Sementara itu,
Roslan warga Tebet berpendapat mulai kacaunya kerja petugas PPSU, tak lain
akibat proses perekrutan yang asal-asalan.
“Lah waktu
direkrut, tidak dilihat ada kemauan atau enggak si pelamar. Mereka diterima
oleh lurah karena si lurah hanya mengejar kuota saja supaya tidak dipecat Ahok.
Sekarang baru kelihatan hasilnya, pada males kerjanya,” kata Roslan. “Harusnya
saat proses rekrutmen, dilihat skill yang melamar. Mereka yang memiliki
keahlian pertukangan atau kelistrikan lebih dipilih, sehingga bisa langsung
siap pakai.”
Beberapa lurah
mengaku pusing mengawasi para PPSU ini. “Kalau tidak diawasi, kerjanya pada
ngaco,” kata salah satu lurah yang tidak mau disebutkan namanya.
“Kita tiap hari
harus teriak-teriak dan kasih sanksi kalau mereka pada males, tapi lama-lama
capek juga, pak,” tambah lurah tersebut.
Untuk mengawasi
dan menerapkan disiplin, sejumlah lurah bertindak tegas dengan memecat dan
tidak lagi memperpanjang masa kontrak petugas PPSU yang kerjanya tidak
memuaskan. Seperti dilakukan Lurah Cipedak, Kecamatan Jagakarsa Rizki J yang
memecat 6 petugas PPSU karena kinerja mereka yang tidak memuaskan. “Iya kami
berhentikan alias tidak diperpanjang lagi masa kontraknya karena kerjanya tidak
memuaskan,” ujarnya.
Disisi lain, sejumlah
lurah mengaku kewalahan untuk memonitor kerja PPSU ini karena kurangnya
personil kelurahan. “Kita sudah mengawasi secara ketat, namun karena kurang
orang, pengawasan jadi tidak maksimal,” kata salah satu urah di bilangan
Kebayoran Baru. Ben/Gun/Pra