Sosok Batu Gantung perwujudan gadis di Samosir |
Misteri,
tabloidmetrolima.com
- Batu Gantung adalah sebuah pahatan alam berupa bebatuan yang terletak di
Parapat, Sumatera Utara. Jika Anda pernah melancong ke Danau Toba, pasti Anda
tidak melewatkan objek wisata ini. Hampir seluruh wisatawan domestik dan
mancanegara yang hendak ke Danau Toba dan Pulau Samosir, mampir ke Batu Gantung
ini.
Kenapa
diberi nama Batu Gantung? Tidak lain adalah karena letak batunya yang tampak
menggantung ke bawah.
Batu
ini terlihat menyerupai postur tubuh manusia dengan posisi lurus ke bawah
dengan keadaan terbalik. Banyak sekali legenda yang berkembang di masyarakat
secara turun temurun tentang asal muasal terbentuknya fenomena alam ini.
Batu Gantung menjadi tujuan wisata pengunjung |
Untuk melihat batu gantung di sebuah tebing di sisi
danau Toba dapat menaiki speed boat dari tepian Pulau Samosir. Tebing tersebut
memiliki ketinggian 20-30 meter dari sisi danau dan di ujung tebing kita bisa
melihat sebuah batu yang menggantung di sisi tebing tersebut.
Di sinilah semua mitos atau legenda batu gantung
bermula.
Alkisah dahulu kala ada seorang gadis cantik jelita di
Parapat, bernama Seruni, Selain rupawan, Seruni juga sangat rajin membantu
orang tuanya bekerja di ladang. Setiap hari keluarga kecil itu mengerjakan
ladang mereka yang berada di tepi Danau Toba, dan hasilnya digunakan untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Beberapa hari terakhir Seruni selalu tampak
murung. Hal ini disebabkan karena Sang Ayah akan menjodohkannya dengan seorang
pemuda yang masih tergolong sepupunya sendiri. Padahal, ia telah menjalin hubungan
asmara dengan seorang pemuda di desanya dan telah berjanji pula akan membina
rumah tangga. Keadaan ini membuatnya menjadi bingung, tidak tahu harus berbuat
apa, dan mulai berputus asa. Di satu sisi ia tidak ingin mengecewakan kedua
orang tuanya, namun di sisi lain ia juga tidak sanggup jika harus berpisah
dengan pemuda pujaan hatinya.
Karena malu sudah menolak ajakan orangtuanya, sang
gadis begitu murung dan merasa kasihan kepada orangtuanya karena menjadi buah
bibir di desa mereka. Selepas pulang dari sawah, sang gadis tidak langsung
pulang, tetapi lebih memilih termenung di pinggiran Danau Toba dengan ditemani
oleh anjing kesayangannya bernama si Boni.
Perahu wisata memandu menuju batu gantung |
Saat berjalan ke arah tebing di tepi Danau Toba,
tiba-tiba ia terperosok ke dalam sebuah lubang batu besar hingga masuk ke
dasarnya. Dan, karena berada di dasar lubang yang sangat gelap, membuat gadis
cantik itu menjadi takut dan berteriak minta tolong kepada anjing
kesayangannya. Sang anjing ketika melihat majikannya terjatuh terus-menerus
menggonggong di sekitar mulut lubang dan berlari ke rumah untuk meminta
bantuan.
Sesampainya di rumah Si Boni segera menghampiri orang
tua Seruni yang kebetulan sudah berada di rumah. Sambil menggonggong,
mencakar-cakar tanah dan mondar-mandir di sekitar majikannya, Si Boni berusaha
memberitahukan bahwa Seruni dalam keadaan bahaya.
Sadar akan apa yang sedang diisyaratkan oleh si
anjing, orang tua Seruni segera beranjak menuju ladang. Keduanya berlari
mengikuti Si Boni hingga sampai ke tepi lubang tempat anak gadis mereka
terperosok.
Tak berapa lama kemudian, sebagian besar tetangga
telah berkumpul di rumah ayah Seruni untuk bersama-sama menuju ke lubang tempat
Seruni terperosok. Mereka ada yang membawa tangga bambu, tambang, dan obor
sebagai penerangan.
Batu Gantung menjadi tujuan wisata pengunjung |
Seruni yang terjebak di dalam lubang, telah menguatkan
hatinya untuk lebih memilih mati dibanding hidup menanggung beban malu karena
menolak lamaran orang lain. Ia pun berteriak lantang dari dalam lubang,
"Merapatlah..merapatlah.."
Diatas tepian lubang, sambil bercucuran air mata Ibu
Seruni berkata pada suaminya, “Pak, lubangnya terlalu dalam dan tidak tembus
cahaya. Saya hanya mendengar sayup-sayup suara anak kita yang berkata: parapat,
parapat batu…”
Sesaat setelah sang ibu mendengar sayup-sayuo suara
anaknya dari dasar lubang, terjadilah gemuruh disekitar dinding lubang ,
perlahan dinding mulut lubang tersebut bergerak merapat dan mengubur sang
gadis. Tidak berapa lama kemudian, terjadilah gempa.
Beberapa saat setelah gempa berhenti, di atas lubang
yang telah tertutup itu muncullah sebuah batu besar yang menyerupai tubuh
seorang gadis yang seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau
Toba. Orang-orang yang melihat kejadian itu mempercayai bahwa batu itu adalah
penjelmaan dari Seruni dan kemudian menamainya sebagai “Batu Gantung”.
Konon di area batu gantung, pengunjung dilarang
mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak senonoh karena akan membawa kesialan. Di
dasar tebing, konon juga terdapat sebuah lubang yang dihuni oleh mahluk Bunian.
Setiap festival Toba berlangsung, beberapa ketua adat memberikan sesaji di
bawah batu gantung dan di gua kecil tempat mahluk Bunian tersebut berasal.
Dan, karena ucapan Seruni yang terakhir didengar oleh
warga hanyalah “parapat, parapat, dan parapat”, maka daerah di sekitar Batu
Gantung kemudian diberi nama Parapat. Kini Parapat telah menjelma menjadi salah
satu kota tujuan wisata di Provinsi Sumatera Utara.(meli)