Raymond Sapoen, Capres Suriname asal Banyumas |
Banyumas, tabloidmetrolima.com - Awal 2015 lalu nama Raymond Sapoen, Capres Suriname keturunan Banyumas,
Jawa Tengah, Indonesia sempat mencuat di jejaring sosial dan media massa. Namun
paska Pilpres Suriname, informasi mengenai Sapoen justru seperti ditelan bumi
dan nyaris tak terekspos oleh media.
Bagaimana kabar pria yang hobi makan tempe
ini sekarang? Berikut petikan Tabloid Metro Lima News Biro Banyumas yang baru
saja mendapatkan informasi langsung Raymond Sapeon dari teman-teman dekatnya.
Informasi terkait soal
Raymond adalah keturunan asal Banyumas pertama kali dilontarkan oleh Arie
Grobbee, seorang warga keturunan Belanda yang kini bermukim di Desa
Karangbanjar, Purbalingga. Arie menuturkan, kakek buyut Sapoen diduga berasal
dari Desa Kanding, Kecamatan Somagede, Banyumas, Jawa Tengah. Hal itu ia
ketahui setelah menghubungi seorang temannya di Belanda yang bernama August de
Man beberapa waktu yang lalu.
“Teman saya memberikan
data jati diri Sapoen beserta fotonya. Saya kaget, ternyata dari data arsip
yang dimiliki Pemerintah Belanda, Sapoen berasal dari Desa Kanding, Banyumas.
Data tersebut menyebutkan bahwa Sapoen berangkat dari Batavia pada 30 Juni 1928
mengunakan kapal bernama Merauke II.
Pada data di situs Arsip Nasional Belanda yang ditelusuri BBC juga
diterangkan, Sapoen dikirim pemerintah kolonial Belanda ke Paramaribo,
Suriname,” terang Arie.
Kepada Metro Lima Arie
Grobbee menambahkan, Raymond Sapoen merupakan orang Jawa di Suriname yang hinga
kini terus melestarikan adat dan budaya Jawa. Disinggung soal Pilpres Surname
25 Mei 2015 kemarin, Arie mengatakan jika yang terpilih menjadi Presiden
Suriname adalah keturunan Kreol (Afrika), dikarenakan jumlah orang Kreol yang
bermukim di Suriname lebih banyak dibandingkan orang Jawa yang hanya 20 %.
Raymond Sapoen
merupakan generasi ketiga warga Jawa yang tingal di Suriname. Dia dikaruniai
tiga orang anak dan dalam kesehariannya mengunakan bahasa Jawa.
“Kami tidak mengunakan bahasa Indonesia, namun bahasa Jawa. Anak-anak saya dalam pendidikannya menggunakan bahasa Belanda, namun di rumah kami berbahasa Jawa. Ini kebiasaan kami, budaya kami dan kami harus nguri-nguri (melestarikan) hal tersebut karena merupakan identitas kami,” kata Raymond.
“Kami tidak mengunakan bahasa Indonesia, namun bahasa Jawa. Anak-anak saya dalam pendidikannya menggunakan bahasa Belanda, namun di rumah kami berbahasa Jawa. Ini kebiasaan kami, budaya kami dan kami harus nguri-nguri (melestarikan) hal tersebut karena merupakan identitas kami,” kata Raymond.
Sebelum maju dalam
Pilpres Suriname, Raymond menjabat sebagai menteri pendidikan pada 2010-2012.
Selanjutnya menjadi menteri perdagangan dan industri 2012-2014. Raymond Sapoen
merupakan kader partai politik di Suriname yang bernama Partai Pertjaja Luhur. (Tris)