ilustrasi tawuran pelajar |
Depok,
Metrolima.com
- Polresta Depok bakal membentuk tim pengawas terpadu untuk mencegah maraknya
tawuran pelajar. Komitmen pembentukan terpadu itu diputuskan setelah mengadakan
diskusi terbuka antara polisi, Dinas Pendidikan dan seluruh kepala sekolah
tingkat SMA/SMK di aula Polresta Depok, Selasa 13 Okober 2015.
Kepala Polresta
Depok Komisaris Besar Dwiyono mengatakan prihatin melihat tawuran di kota ini
sampai ada korban jiwa. Untuk itu polisi dan pemerintah ingin mencari solusi
tawuran pelajar di Depok. "Komitmen kami akan bentuk tim gabungan, yang
juga melibatkan polisi, pelajar dan sekolah," kata Dwiyono, Selasa 13
Oktober 2015.
Berdasarkan
catatan polisi dari Januari sampai September 2015 ada 105 kasus tawuran, 28
kasus tindak pidana pelajar. Selain itu, ada 67 pelajar bermasalah dengan
hukum. Ditambah, sebanyak 210 pelajar terjaring dengan kasus penganiayaan berat,
pencurian dengan kekerasan, melakukan tindak asusila dan penyalahgunaan
narkoba.
Adapun titik
yang telah ditetapkan rawan terjadi tawuran diantaranya, Persimpangan Kodim,
Jalan Raya Sawangan, Merpati, Depok Timur, Simpangan, Juanda, dan Jalan Raya Bogor-Cimanggis.
"Hari yang
sering tawuran setiap Jumat. Polisi selalu disiagakan untuk berpatroli,"
ucap Dwiyono.
Selain itu, pihaknya meminta sekolah tidak memulangkan pelajar yang telat masuk
sekolah. Soalnya, yang dikhawatirkan bila mereka tidak dibolehkan masuk
sekolah, justru bakal menjadi penyebab tawuran.
"Mereka
tidak boleh masuk akhirnya bolos dan berada di jalan. Ini bisa menjadi
pemicu," ucapnya.
Kepala Dinas Pendidikan Harry Pansila mengatakan sebelumnya sudah dibentuk
Satgas Anti Tawuran pelajar, tapi mandul. Dengan komitmen pembentukan tim
terpadu ini diharapkan bisa mencegah maraknya tawuran yang terjadi di Depok.
"Akan
dibentuk juga pembinaan mental melalui konseling pelajar di Gunung Salak selama
dua hari," ucapnya.(tmpo/hamdi/jat)