BNPBD Papua saat berikan bantuan di kab.Puncak, Lani Jaya dan Nduga
|
Wamena, Papua, Metrolima.com - Kematian yang terjadi di Distrik
Mbua, Kabupaten Nduga, Papua, dengan data jumlah korban yang cukup banyak
membuat pemerintah kabupaten setempat dan Kepolisian Resor Jayawijaya turun
langsung ke lokasi tersebut untuk memastikan data jumlah korban meninggal.
Di samping menggali informasi
mengenai jatuhnya korban jiwa, tim kesehatan dari Polres dan Bidang Kedokteran
dan Kesehatan (Biddokkes) Kepolisian Daerah Papua dibantu tim kesehatan dari
Distrik Mbua, melakukan pemeriksaan kesehatan masyarakat di tiga distrik, yaitu
Mbua, Mbuyalma, dan Distrik Ndal.
Wartawan Jubi yang berkesempatan
ikut bersama rombongan Polres Jayawijaya dan Kepala Distrik Mbua melalui jalan
darat dari Wamena ke Mbua sejak Rabu sore, 25 November 2015, dengan perjalanan
yang ditempuh kurang-lebih selama lima jam, untuk melihat langsung kondisi yang
terjadi di Distrik Mbua. Kamis, 26 November 2015, sejak pukul 07.00, waktu
Papua, pengecekan data dan pemeriksaan kesehatan bagi masyarakat dimulai dengan
melibatkan kurang-lebih tujuh tenaga medis, baik dari Polres dan Polda Papua
maupun tim kesehatan dari Distrik Mbua sendiri.
Diawali dengan pertemuan antara
Kapolres Jayawijaya, Kepala Distrik Mbua, beserta para masyarakat dan tokoh
gereja, kebenaran data yang muncul dari berbagai pihak dilakukan kecocokan
secara bersama. Dari pertemuan tersebut, sesuai keterangan dari tokoh gereja
atau ketua klasis, bahwa korban meninggal yang disampaikan dari masyarakat dan
diketahui sebanyak 44 orang baik anak-anak maupun orang dewasa. Namun sesuai
pendataan yang dilakukan tim kesehatan di Distrik Mbua, Nduga, korban meninggal
baru terdata sebanyak 32 orang. Namun hal itu masih akan dicek lagi
kebenarannya.
Dari hasil pertemuan itu juga, ketua
klasis menyebutkan awal terjadinya kematian masyarakat di Distrik Mbua karena
kelaparan dan perubahan cuaca hingga terserang penyakit. Selain itu, hasil
kebun masyarakat yang tidak berhasil, banyaknya hewan ternak, seperti babi dan
ayam yang mati. Warga pun memakan daging ternak yang sudah mati itu.
“Jadi, korban meninggal itu bukan
hanya dari Distrik Mbua saja, tetapi dari dua distrik pemekaran Mbua lainnya
yaitu distrik Mbuyalma dan Ndal. Namun jumlah korban jiwa yang beredar di luar,
kami masyarakat dan pihak gereja juga kaget,” kata salah seorang tokoh masyarakat
di Distrik Mbua, dalam pertemuan yang digelar di lapangan terbang Distrik Mbua,
Kamis, 26 November 2015.
Kapolres Jayawijaya Ajun Komisari
Besar Semmy Ronny Thabaa menjelaskan, untuk menindaklanjuti peristiwa
meninggalnya puluhan warga di Distrik Mbua, hasil investigasi sementara
gabungan antara Polres Jayawijaya dan Pemerintah Kabupaten Nduga, dalam hal ini
tim kesehatan di Distrik Mbua, bahwa data awal yang diperoleh sementara 32
orang yang sudah meninggal dunia. Namun diakui Semmy, data ini masih dapat
berubah, tim masih akan bekerja untuk klarifikasi dan kroscek data yang didapat
di tempat kejadian perkara di distrik ini.
Semmy menyebutkan, korban meninggal
belum jelas penyebabnya. Namun data awal disebutkan dari hasil pertemuan yaitu
karena kemarau panjang yang menyebabkan kebun masyarakat tidak berhasil,
sehingga ternak-ternak, seperti babi dan ayam yang mati sempat dikonsumsi
masyarakat.
Selain itu,
diduga kuat karena masyarakat terserang penyakit-penyakit akibat perubahan dari
musim kemarau panjang ke musim penghujan, sehingga penyakit seperti infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) dan lain-lain, membuat masyarakat khususnya
anak-anak bayi dan balita, yang daya tahan tubuhnya kurang karena kekurangan
gizi ditambah dengan kondisi daerah yang belum steril dari perubahan cuaca,
lantas mudah terserang ISPA.
“Dua hal ini
yang menjadi indikasi kuat yang dilakukan sementara ini. Hingga kini tim dari
pemerintah daerah sedang bekerja, dan Polres Jayawijaya sendiri mengantisipasi
potensi gangguan kamtibmas, memberikan dukungan kepada pemerintah, tim medis
untuk bisa bekerja lebih leluasa di mana hasilnya akan dilaporkan oleh
pemerintah daerah,” kata Kapolres.
Wakil Bupati
Nduga Frans R. Kristantus yang turut hadir di Distrik Mbua dari Kenyam, ibu
kota Kabupaten Nduga, dengan menggunakan pesawat juga melakukan dialog dengan
masyarakat setempat. Dari percakapan dengan tokoh gereja dan masyarakat, disampaikan
pula bahwa hal yang sama terjadi di Mbua. Untuk itu, masyarakat meminta
pemerintah daerah Nduga dapat segera mengatasi kejadian ini, sehingga tidak
berlanjut di kemudian hari.
“Selama ini kan
informasi yang beda-beda, jadi nanti kita akan cocokan dari berbagai sumber
tentang jumlah korban jiwa ini, karena ada tim dari kesehatan distrik,
kabupaten bahkan provinsi, gereja, kepala distrik sendiri. Kita akan sinkronkan
dulu datanya, pemda juga berharap tenaga-tenaga yang ada di distrik ini juga
proaktif untuk menyampaikan informasi, sehingga kita bisa menyampaikan data ke
tingkat lebih atas baik gubernur maupun pusat,” kata Wakil Bupati Nduga.
Untuk kebutuhan
masyarakat sendiri seperti bahan makanan dan obat-obatan, Wakil Bupati mengakui
pemerintah daerah akan coba untuk tanggulangi itu semua, karena dengan
peristiwa ini kemarau panjang membuat hasil kebun masyarakat tidak berhasil,
bahkan ternak pun ikut mati dan akhirnya harus dikonsumsi masyarakat.
“Kita akan
cocokan dulu data yang muncul dari pemerintah daerah, distrik, tim kesehatan,
dan juga gereja untuk selanjutnya akan dikoordinasikan ke pemerintahan lebih
tinggi lagi. Untuk kebutuhan masyarakat sendiri, pemda akan segera melakukan
inventarisir barang serta melakukan koordinasi dengan provinsi untuk bantuan
yang akan dikirimkan ke Distrik Mbua ini,” ujar Frans Kristantus.
Wakil Bupati pun
menambahkan, pemerintah daerah menginginkan agar pemerintahan di tingkat
distrik harus lebih proaktif melaporkan kejadian yang terjadi, agar kejadian
ini tidak lagi terulang di kemudian hari.(tmpo/tjubi/jat)