Pulau Doom, Sorong Papua |
Sorong, Metrolima.com - Di luar kota Sorong, Papua Barat sebuah pulau besar teronggok dengan
warna kehijauan yang dominan. Warna itu muncul dari deretan pepohonan yang
lebat dan menutupi nyaris semua bagian pulau. Namanya pulau Doom, oleh penduduk
setempat dilafalkan sebagai Dum. Jarak dari kota Sorong hanya berkisar 3 km
yang ditempuh selama kurang lebih 15 menit dengan perahu bermotor.
Sebenarnya kalau dilihat sepintas
tidak ada yang istimewa dengan pulau ini. Hanya saja ketika mendengar cerita
sejarah pulau ini barulah tersingkap betapa istimewanya pulau ini.
Monumen lumba-lumba |
Rupanya sebelum kota Sorong ramai
seperti sekarang, pulau Doom sudah lebih dulu terkenal sebagai pulau yang maju
dan modern. Pemerintah kolonial Belanda menempatkan pulau ini sebagai pusat
pemerintahan mereka, sementara Sorong yang berada di daratan masih gelap
gulita. Orang dulu menyebut pulau ini sebagai pulau bintang karena di malam
hari kerlap-kerlip lampu di pulau Doom terlihat jelas dari kota Sorong yang
belum dialiri listrik.
Sampai tahun 70an dan 80an
orang-orang Sorong katanya masih harus menyeberang ke pulau Doom untuk
berbelanja di hari-hari tertentu karena pasar paling ramai hanya ada di sana.
Kegiatan ini termasuk beresiko tinggi karena kapal yang sarat muatan bisa saja
tenggelam ketika musim ombak sedang tinggi. Kejadian seperti itu bukan tidak
pernah terjadi.
Pelabuhan Sorong |
Pasar besar di pulau Doom masih ada
meski sepertinya kondisinya sudah berubah jauh dari masa keemasannya. Pasar itu
berada tepat di belakang dermaga pulau Doom yang menyambut para pengunjung
dengan satu monumen dengan patung dua ekor lumba-lumba.
Berjalan lebih jauh ke dalam pulau
Doom kita akan menemukan banyak bangunan tua dengan arsitektur jaman kolonial
yang disesuaikan dengan iklim tropis. Bangunan-bangunan tersebut masih terjaga
dengan baik, sementara di depannya aspal selebar kurang lebih 5 meter membelah
pulau. Di pulau Doom tidak ada mobil, transportasi warga sehari-hari hanya
motor dan becak yang banyak berseliweran sepanjang hari.
Di salah satu bagian pulau, tepatnya
di puncak bukit sebelah barat berdiri tegak sebuah gereja bethel yang nampaknya
sudah berusia cukup tua. Pemandangan dari halaman belakang geraja sungguh
menakjubkan. Sebagian pulau Doom terlihat dari sana, termasuk pulau-pulau
tetangga yang berpadu dengan birunya laut.
Kerukunan beragama di pulau doom |
Di pulau Doom ada sebuah penjara tua
yang sekarang dialihfungsikan menjadi sekolah SMA. Secara fisik sisa-sisa
penjara masih terlihat jelas berupa jeruji-jeruji besi yang menyekat ruangan.
Tapi keangkeran penjara nampaknya sudah mulai hilang sedikit demi sedikit.
Konon penjara di pulau Doom dulunya dihuni para penjahat kelas kakap.
Salah satu hal yang menyenangkan
dari Pulau Doom adalah lingkungan yang asri, pepohonan masih banyak tumbuh di
sekujur pulau, besar ataupun kecil. Asimilasi antara pendatang dan orang asli
juga terlihat sangat cair. Pulau Doom tidak hanya dihuni oleh orang-orang asli
Papua tapi juga disesaki oleh orang-orang dari Jawa, Sulawesi dan bahkan
keturunan Tionghoa.
Berkeliling Pulau Doom adalah sebuah
pengalaman mengasyikkan, bisa melihat langsung kehidupan warga yang tenang dan
damai serta melihat sendiri peninggalan masa perang dunia kedua termasuk satu
bunker besar sisa tentara Jepang.
Kalau sempat mengunjungi Sorong
tidak ada salahnya menyeberang sejenak ke pulau Doom. Hanya dengan Rp. 4000,-
Anda sudah bisa menginjakkan kaki di pulau yang dulunya lebih ramai dan modern
dari kota Sorong.(antra/jat)