BANYUWANGI, METROLIMA NEWS - Maysunah, kakak ipar
Hamidah, ibu kandung Angeline, menuturkan baru mengetahui belakangan
ini bahwa Angeline, bocah yang dilaporkan hilang sejak 16 Mei lalu dan
kemudian ditemukan tewas pada Rabu (10/6), adalah keponakannya.
Dia mengaku sudah mendengar ada kabar tentang hilangnya bocah bernama Angeline di Denpasar, Bali, setelah ramai diperbincangkan di sekitar tempat tinggalnya. Maysunah mengaku dirinya memang tinggal di daerah dekat rumah keluarga angkat Angeline.
"Waktu itu ramai yang bicara kalau ada anak hilang karena sering disiksa sama ibu angkatnya. Saya sempat bilang kasihan ya dan sama sekali tidak tahu kalau dia ternyata keponakan saya," ungkapnya kepada Kompas.com, Kamis (11/6).
Perempuan yang baru tiba di Banyuwangi dari Bali itu mengaku belum pernah sama sekali bertemu dengan Angeline. Dia baru tahu bahwa gadis itu adalah keponakannya setelah polisi datang ke Banyuwangi untuk mencari keberadaan Angeline.
"Saya ditelepon sama keluarga di sini. Kebetulan dari sembilan anak ibu mertua, empat orang kerja dan tinggal di Bali, termasuk Hamidah dan suami saya. Mereka mencari Angeline yang hilang," tutur Maysunah.
Dia lalu menuturkan kilas balik proses adopsi Angeline. Maysunah mengatakan, Hamidah dan suaminya waktu itu kesulitan uang untuk mengganti biaya persalinan di klinik.
"Ayah kandungnya Angeline tidak cukup uang untuk membiayai persalinan istrinya saat itu," ungkapnya.
Menurut dia, saat itu Hamidah tidak saling kenal dengan keluarga angkat Angeline. Namun, kedua keluarga ini lalu bertemu di sebuah klinik di Desa Canggu, Kuta Utara, Badung, Bali.
"Sepengetahuan saya, biaya yang diganti sebesar Rp 600.000. Setelah itu ada beberapa surat yang ditandatangani. Satu dipegang Hamidah dan bapak kandungnya. Satunya lagi dipegang oleh keluarga angkatnya itu," ungkapnya.
Saat itu, usia Angeline masih tiga hari sehingga dia langsung dibawa oleh keluarga barunya. Hamidah dan keluarganya dilarang untuk menemui anaknya. Bahkan, mereka juga tidak tahu bahwa bayi yang mereka beri untuk diadopsi dinamai Angeline oleh keluarga angkatnya.
Saat ini, lanjut Maysunah, para kerabat Angeline berkumpul di rumah sederhana yang ditinggali lima keluarga tersebut di Banyuwangi. Mereka menunggu kepastian apakah Angeline akan dimakamkan di Banyuwangi atau di Bali.
Dia mengaku sudah mendengar ada kabar tentang hilangnya bocah bernama Angeline di Denpasar, Bali, setelah ramai diperbincangkan di sekitar tempat tinggalnya. Maysunah mengaku dirinya memang tinggal di daerah dekat rumah keluarga angkat Angeline.
"Waktu itu ramai yang bicara kalau ada anak hilang karena sering disiksa sama ibu angkatnya. Saya sempat bilang kasihan ya dan sama sekali tidak tahu kalau dia ternyata keponakan saya," ungkapnya kepada Kompas.com, Kamis (11/6).
Perempuan yang baru tiba di Banyuwangi dari Bali itu mengaku belum pernah sama sekali bertemu dengan Angeline. Dia baru tahu bahwa gadis itu adalah keponakannya setelah polisi datang ke Banyuwangi untuk mencari keberadaan Angeline.
"Saya ditelepon sama keluarga di sini. Kebetulan dari sembilan anak ibu mertua, empat orang kerja dan tinggal di Bali, termasuk Hamidah dan suami saya. Mereka mencari Angeline yang hilang," tutur Maysunah.
Dia lalu menuturkan kilas balik proses adopsi Angeline. Maysunah mengatakan, Hamidah dan suaminya waktu itu kesulitan uang untuk mengganti biaya persalinan di klinik.
"Ayah kandungnya Angeline tidak cukup uang untuk membiayai persalinan istrinya saat itu," ungkapnya.
Menurut dia, saat itu Hamidah tidak saling kenal dengan keluarga angkat Angeline. Namun, kedua keluarga ini lalu bertemu di sebuah klinik di Desa Canggu, Kuta Utara, Badung, Bali.
"Sepengetahuan saya, biaya yang diganti sebesar Rp 600.000. Setelah itu ada beberapa surat yang ditandatangani. Satu dipegang Hamidah dan bapak kandungnya. Satunya lagi dipegang oleh keluarga angkatnya itu," ungkapnya.
Saat itu, usia Angeline masih tiga hari sehingga dia langsung dibawa oleh keluarga barunya. Hamidah dan keluarganya dilarang untuk menemui anaknya. Bahkan, mereka juga tidak tahu bahwa bayi yang mereka beri untuk diadopsi dinamai Angeline oleh keluarga angkatnya.
Saat ini, lanjut Maysunah, para kerabat Angeline berkumpul di rumah sederhana yang ditinggali lima keluarga tersebut di Banyuwangi. Mereka menunggu kepastian apakah Angeline akan dimakamkan di Banyuwangi atau di Bali.