Headlines News :
Home » » Polemik Pasar Kojengkang, Siapa Bikin Kumuh dan Kotor Komplek Olahraga Dadaha Tasikmalaya?

Polemik Pasar Kojengkang, Siapa Bikin Kumuh dan Kotor Komplek Olahraga Dadaha Tasikmalaya?

Bangunan semi permanen dan tenda bikin Kumuh
Tasik kota, tabloidmetrolima.com - Para pedagang Pasar kojengkang menjadi sorotan dan selalu dijadikan kambing hitam atas kondisi semraut dan kumuhnya pasar tersebut, terlebih setelah peresmian stadion Wiradadaha dan penataan komplek Dadaha beberapa waktu lalu.

Kondisi komplek olahraga Dadaha yang mulai tampak kumuh kembali dapat terlihat di area samping lapangan olahraga, banyak pedagang yang beroperasi menggelar lapak dagangannya selama 24 jam penuh, dibalik kekumuhan dan beroperasinya 24jam penuh para pedagang tersebut diisinyalir ada pihak yang mengkoordinir dan mengarahkan pedagang agar bisa tetap beroperasi selama 24jam penuh dikomplek olahraga Dadaha tersebut.

Namun tidak serta merta para pedagang pasar Kojengkang menerima disebut sebagai biang kekumuhan dan kekotoran di komplek Olahraga Dadaha, mereka mengklaim bahwa lokasi mereka berdagang tersebut resmi dan membayar retribusi kebersihan kepada Pemda Tasik, sehingga usaha mereka tidak akan mengotori Komplek Dadaha karena ada petugas kebersihan yang setiap hari membersihkan area tersebut.

Beroperasi 24jam bikin kumuh dan kotor Dahaha
Dilain pihak ada tudingan bahwa ada beberapa pihak yang sengaja mengkoordinir dan mengarahkan kepada pedagang lainnya untuk masuk ke area komplek Dadaha dan Pasar Kojengkang dengan tujuan lain yaitu menjadikan kesan bahwa pasar kojengkang tampak kumuh dan kotor.  

Salah satu pengamat sosial kota Tasikmalaya memberikan pandangannya, ia mengungkapkan saat kejadian bentrokan antara pedagang dan petugas Satpol PP beberapa waktu lalu, dapat dilihat secara jelas siapa yang bikin kumuh dan kotor Komplek Dadaha dan Pasar kojengkang.

Ia tidak menampik bahwa Pedagang pasar Kojengkang yang beroperasi 24jam di komplek Dadaha adalah pihak yang membuat kumuh dan kotor Pasar Kojengkang, lapak dagangan yang menggunakan tenda dan bangunan semi permanen tidak teratur menjadikan pemandangan dilokasi olah raga tersebut tampak semraut dan berkesan kumuh.

“Saat hujan, di depan GGM pertigaan sering banjir, namun mereka seakan tidak peduli, padahal itu adalah lokasi mereka berdagang, tapi mereka enjoy aja gak peduli walau pun banjir, “jelasnya.

Ia meminta Pemerintah setempat bertindak cepat tanggap mengatasi persoalan pedagang dan kesemrautan di Komplek Dadaha dan Pasar Kojengkang, Tindakan tegas aparat sesuai dengan Perda yang ada harus dilakukan, jadi bisa terlihat lebih jelas lagi, siapa pihak yang membuat kumuh dan kotor Dadaha dan Pasar Kojengkang, Pedagang yang beroperasi 24jam atau para pedagang minggu pagi yang berjualan seminggu sekali selama enam jam saja.

Padahal jika kalau dikelola dengan benar, lokasi tersebut  bisa menjadi salah satu aset yang memberikan pendapatan bagi pemda, seperti retribusi lahan parkir pada hari minggu pagi bisa menghasilkan 5juta setiap hari minggu-nya, padahal itu hanya untuk parkir selama enam jam saja, jangan sampai aset tersebut dijadikan bahan bancakan bagi oknum yang tidak bertanggungjawab, pungkasnya.(Kus)
Share this article :

<<< Mari Bergabung Bersama Kami >>>

*** Telah Terbit Edisi 146 Tahun Ke-10 ***

*** Telah Terbit Edisi 146 Tahun Ke-10 ***
DAPATKAN SECARA BERLANGGANAN : Tabloid Dwi-mingguan : MEDIA CETAK DAN ONLINE : Berita Lengkap, Isi dan Tampilan Baru : Wisata, Kuliner, Info Kesehatan dan Kecantikan, Keluarga, Kisah Nyata, Misteri, Zodiak, Selebrita Dll.

BERITA POPULAR

 
Copyright © 2015. tabloidmetrolima - All Rights Reserved