Jakarta, Metrolima.com - Palang merah Indonesia (PMI) sudah berkarya sepanjang 70 tahun. Usia 70
tahun dinilai sebagai momen spesial untuk mengingat eksistensi PMI dalam pekerjaan
kemanusiaan. Napak tilas perjalanan PMI itu dapat disaksikan dalam Pameran 70
Tahun PMI di Museum Nasional, Jakarta.
Pengunjung diajak melihat foto-foto
dan benda bersejarah yang menggambarkan perkembangan PMI dari masa
pendiriannya di tahun 1945 hingga 2015. Di sini, pengunjung memasuki
lorong waktu. Pertama masa awal atau masa pendirian di tahun 1945-1950, yang
merupakan masa paling monumental. Selanjutnya pengunjung beranjak ke masa
perkembangan di tahun 1951-1970, kemudian ke masa pengabdian dan kemajuan
hingga tahun 2015.
Pameran yang berlangsung selama
10-17 September 2015 ini merupakan salah satu dari rangkaian perayaan ulang
tahun ke-70 PMI. Usia 70 tahun dinilai sebagai momen spesial untuk mengingat
eksistensi PMI dalam pekerjaan kemanusiaan.
“70 tahun ini kita bikin perayaan
gebyar,di museum salah satunya, untuk mengingatkan kita semua. Bagaimana
caranya? Kita kerja sama dengan museum untuk menampilkan seluruh apa yang
terjadi dalam 70 tahun. Tulisan tangan Bung Karno, tandu apa yang pernah kita
perbuat, dan sebagainya,” tutur Ketua Panitia Pameran 70 Tahun PMI Muhammad
Muas saat ditemui di Museum Nasional, Selasa (15/9/2015).
Masyarakat, khususnya pelajar dan
mahasiswa tampak cukup antusias berkunjung ke pameran ini. Tak hanya ingin melihat
benda-benda bernilai sejarah tinggi bagi PMI, anak-anak, pelajar, mahasiswa,
dan masyarakat umum juga meramaikan kegiatan-kegiatan lainnya, seperti talkshow
Bincang Eksistensi PMI di Mata Blogger, Lomba Menggambar Menolong Sesama,
Melukis Tempat Sampah, dan talkshow Fotografi Kemanusiaan.
PMI juga meluncurkan prangko edisi
khusus ulang tahun ke-70 PMI. Muas menilai, prangko merupakan salah satu budaya
yang bisa diandalkan untuk berkomunikasi. “Di dunia ini ada tiga prangko
terkenal, pertama prangko Presiden Soekarno, kedua Pramuka, ketiga Palang
Merah. Jadi setiap diterbitkan prangko dari tiga komponen ini dikejar oleh
pilateli karena dianggap betul-betul memiliki nilai yang tertinggi, baik dari
nilai harga maupun warna,” ucap Muas.
Yang spesial, prangko 70 Tahun PMI
menampilkan wajah Ketua Umum PMI. “Ini pertama kalinya. Ada warna klasik dan
warna modern. Mudah-mudahan ini terhubung dengan upaya PMI untuk berkreasi
dalam sebuah perjalanan panjang,” ungkap Ketua Panitia 70 Tahun PMI sekaligus
Ketua Bidang Relawan dan teknologi Informasi PMI.
Sejak didirikan Presiden pertama
Indonesia Ir. Soekarno pada 17 September 1945 sampai saat ini, PMI terus eksis
bekerja bagi hal kemanusiaan. Bukan hanya melayani donor darah, PMI terus
membantu korban tsunami, korban peristiwa GAM di Aceh, dan konflik
Kalimantan-Madura. Ke depan, Muas mengatakan, stigma PMI sebagai tempat
mendonor darah ingin diubah. “PMI bukan hanya tempat donor darah tapi tempat
untuk bisa memperbincangkan kesehatan masyarakat dan sebagainya,” tutur Muas.
Menginjak usia 70 tahun, Muas
mengungkapkan, keluarga besar PMI ingin Undang-undang Palang Merah diterbitkan
dan disahkan. UU tersebut tentunya bermanfaat sebagai perlindungan bagi sekitar
2.850.000 sukarelawan agar bisa bekerja dengan baik. (Adv/M5)