Fahri Hamzah, Setya Novanto dan Fadli Zon |
Jakarta, Metrolima.com - DPR dinilai tidak pernah memihak
kepada rakyat. Hal itu tercermin jelas dalam aksi pasang badan wakil ketua DPR,
Fadli Zon dan Fahri Hamzah dalam skandal Papa Minta Saham yang menyeret mantan
Ketua DPR, Setya Novanto.
Peneliti Forum Masyarakat Peduli
Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai langkah tersebut akan terus
terulang jika keduanya masih menduduki kursi pimpinan DPR. Menurutnya,
pergantian pimpinan DPR perlu dilakukan untuk meningkatkan dan mengembalikan
kepercayaan publik.
"DPR akan rusak jika diisi
pimpinan yang sibuk merasionalisasi tindakannya sendiri di mata publik. Ada
kepentingan untuk mengevaluasi serius pimpinan," ungkap Lucius di kantor
Indonesia Corruption Watch (ICW), Kalibata Timur, Jakarta Selatan, Selasa
(22/12).
Lucius menambahkan, tidak kali ini
saja kedua wakil DPR itu melakukan aksi pasang badan.
Saat Novanto kedapatan mengikuti
kegiatan politik bakal calon presiden Amerika serikat dari Partai Republik
Donald Trump, baik Fadli Zon maupun Fahri Hamzah pun bersikap serupa.
"Jadi bagaimana DPR dipimpin
orang yang sulit melihat pelanggaran etik di antara rekannya," cetus
Lucius.
Belakangan ini, Setya Novanto telah
sukses menjadi perhatian publik melalui kasus pencatutan nama presiden dan
wakil presiden yang dilaporkan Menteri ESDM Sudirman Said ke Mahkamah
Kehormatan Dewan. Tak hanya di dunia nyata, di dunia maya, Novanto juga menjadi
tranding topik dengan kasus 'papa minta saham'.
Serasa tak mau namanya surut dari
pemberitaan, Novanto kembali membuat polemik. Wakil Ketua umum Partai Golkar
hasil Munas Bali itu menerima jabatan ketua Fraksi Partai Golkar di DPR yang
diberikan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. (jpnn/wid/jat)