Presiden Jokowi memberikan pengarahan |
Metrolima.com - Presiden Joko Widodo berpesan
agar kepala desa (kades) dan perangkat desa mampu mengoptimalkan alokasi dana
desa yang dijanjikan akan terus meningkat setiap tahunnya. Bahkan Jokowi berani
pasang badan jika ada pihak yang berniat membidik perangkat desa sebagai target
kriminalisasi.
"Kalau sudah bekerja sesuai
prosedurnya, apa bisa dikriminalisasi? Tidak perlu takut untuk menggunakan
anggaran. Kalau bekerja baik, tidak perlu kita takut, saya jamin! Siapa itu
yang akan melakukan kriminalisasi? Kejaksaan? Polisi? Pasti akan saya kejar!
Yang bekerja baik saya ingin beri penghargaan, bukan dikriminalisasi,"
kata Jokowi dalam 'Silaturim dengan Para Kepala Desa dan Perangkat Desa di
Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (26/12/2015).
Jokowi berharap, setiap desa mampu
menyerap dana desa dengan baik. Bahkan dia menjanjikan dana akan terus
bertambah setiap tahunnya. Tahun 2016 dana desa dianggarkan di APBN sebesar Rp
47 triliun, atau meningkat 100 persen lebih dibanding tahun ini.
"Tahun depannya saya berani
pastikan naik Rp 60-80 triliun. Ini agar peredaran uang di desa semakin banyak.
Usahakan agar uang itu muter saja di desa. Kalau pun dibelanjakan keluar paling
banyak 10 persennya saja. Gunakan untuk sektor padat karya, paling baik di
musim paceklik agar semua orang menikmati. Semakin banyak yang bekerja semakin
cepat terdistribusi. Arahkan untuk proyek produktif, irigasi misalnya. Pokoknya
semua kegiatan yang jadi produktif," lanjutnya.
Dengan dana desa tersebut, Jokowi
berharap percepatan pembangunan di desa akan terlihat nyata. Menurutnya, negara
atau daerah yang menggunakan dananya dengan efisien akan terus bertahan hidup.
Sedangkan yang tidak mampu mengolah dana akan ditinggal oleh waktu dan zaman.
MEA 2016
Jokowi juga memberikan peringatan
penting kepada seluruh kepala desa dan perangkat desa agar memperkuat
pembangunan pedesaan. Karena tahun depan, masyarakat Indonesia menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016.
"Saya ingatkan lima hari lagi
kita memasuki tahun 2016, akan ada persaingan bebas 11 negara ASEAN. Kita belum
tahu persaingannya seberat apa. Batas negara sudah tidak ada, banyak yang belum
sadar. Para pimpinan ASEAN juga khawatir menghadapinya," kata Jokowi.
Para pemimpin itu, kata Jokowi,
khawatir produk-produk dan tenaga kerja Indonesia akan mendominasi ASEAN. Namun
di saat yang sama rupanya para pengusaha Indonesia pun banyak yang takut
bersaing menghadapi MEA yang sudah di hadapan mata.
"Wong mereka saja takut sama
kita, kok kita takut sama mereka. Jangan takut, yang kurang baik mari
diperbaiki. Ini sudah tidak bisa kita cegah, sudah tidak bisa ditolak. 11 Tahun
lalu kita sudah tanda tangan kesepakatan. Mau tidak mau harus masuk area
persaingan itu," tegasnya.
"Tiga tahun lagi kita juga
harus masuk ke poros perdagangan Amerika dan teman-temannya, Trans-Pasific
Partnership. Kalau tidak gabung barang kita akan dikenai pajak 15-20 persen,
ini realitasnya. Dua tahun lagi kita hadapi poros perdagangan lain yang
dikelola Zona Eropa. Jika tidak gabung kita juga kena pajak tinggi. Berikutnya
juga ada poros perdagangan yang dikelola Tiongkok. Kita tidak mungkin tertutup
lagi, sudah lama kita terbuka. Jangan memakai pola-pola lama, zaman sudah
berubah. Salah-salah negara yang jadi taruhannya," ucap Jokowi. (dtikn/mbr/nwy/jat)