![]() |
| Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan |
Bandung,
tabloidmetrolima.com - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia
(BI) Jabar Rosmaya Hadi mengatakan, pangsa ekonomi Jabar secara nasional berada
di peringkat ketiga. Porsinya sebesar 13 ,2%. Pada Triwulan I-206, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat
dinilai masih konsisten menopang perekonomian nasional.
"Rata-rata pangsa ekonomi Jabar terhadap ekonomi
nasional porsinya sebesar 13,2%. Dalam perkembangan triwulan I/2016, dengan
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,08%, Jabar konsisten menopang perekonomian
nasional yang tumbuh sebesar 4,92," kata Rosmaya usai rapat pimpinan di Gedung
Sate, Senin (9/5/2016).
Menurutnya, capaian ini diprediksi semakin meningkat di
kemudian hari. Pasalnya, pada tahun ini Jabar menjadi tuan rumah perhelatan PON
XIX.
Tentu, kata dia, ajang nasional empat tahunan itu akan
memberikan dampak positif terhadap akselerasi pertumbuhan ekonomi baik dari
konsumsi maupun investasi.
"Berkenaan dengan hal tersebut, kami bersama 6 lembaga
perbankan yaitu Bank Mandiri, BCA, BRI, BNI, BJB, dan Bank Mega yang berada di
Jabar akan mendukung penuh suksesnya penyelenggaraan PON tahun ini,"
jelasnya.
Rosmaya menyebutkan, komitmen tersebut dilakukan bersama
dengan PB PON XIX. Guna mendukung Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT) ini melalui
implementasi penggunaan transaksi non-tunai dan elektronifikasi di berbagai
venue olahraga.
Bentuknya, mendorong penggunaan uang elektronik special
edition PON XIX, penyediaan mesin EDC dan mobile ATM serta e-commerce.
Sementar itu, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jawa
Barat menggandeng ulama di provinsi itu untuk sosialisasi dan menekan angka
inflasi.
"Penyelenggaraan Forum Ulama se-Jawa Barat yang
bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada ulama mengenai pentingnya pengendalian
inflasi. Pada giliranya siar dan dakwahnya dapat diteruskan kepada
masyarakat," kata Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Jawa Barat
Rosmaya Hadi pada Rapim TPID.
Dia menyebutkan, TPID telah memiliki program kerja
pengendalian inflasi tahun 2016 yang dinamai Proper Kahiji Utama.
Program intinya adalah peningkatan produksi, antisipasi
permintaan, revitalisasi pasar, penyusunan kajian, peningkatan kualitas
infrastruktur, dan peningkatan jaringan konektivitas.
Sebagai ultimate target dari enam pilar itu adalah Utama
yang merupakan singkatan dari Usaha Tani Mandiri, yang merupakan penguatan
serta pemberdayaan petani melalui sinergi dengan pihak terkait.
"Implementasi program Usaha Tani Mandiri ini kami kemas
dalam bentuk kawasan pangan yang terintegrasi, yang mana Lembaga Distribusi
Pangan Masyarakat (LDPM) kami integrasikan dengan Sistem Resi Gudang,"
kata Rosmaya.
Terkait komoditas beras, menurut Rosmaya data historis
inflasi Jawa Barat menunjukkan beras menjadi komoditas utama dari kelompok
volatile foods yang paling mempengaruhi pergerakan inflasi Jawa Barat.
"Kondisi ini dilatar belakangi oleh bobot beras yang
tinggi hingga mencapai 3,58 persen terhadap total konsumsi masyarakat Jawa
Barat," katanya.
Tingginya andil inflasi yang diberikan oleh beras tidak
terlepas dari permasalahan jumlah pasokan yang kemudian berdampak pada
fluktuasi harga.
"Permasalahan tersebut tidak hanya terjadi di tingkat
Provinsi Jawa Barat, melainkan juga di tingkat nasional," katanya.
Oleh karena itu, pemerintah menerbitkan UU No 9 Tahun 2006
sebagaimana diubah dengan UU No 9 Tahun 2011 tentang Sistem Resi Gudang.
Pencapaian inflasi Jawa Barat pada tahun 2015 tercatat
sebesar 2,73 persen (yoy), lebih rendah bila dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai 7,41 persen. (Jul/Sunanto)
