Jendral Soedirman dalam tandu saat memimpin perang gerilya |
Metrolima.com - Ribuan
peserta napak tilas rute gerilya Jenderal Soedirman menyusuri lereng Gunung
Wilis, Jawa Timur, Sabtu 19 Desember 2015. Sambil membawa tandu, mereka
menempuh rute berbahaya sejauh 35 kilometer dari wilayah Kediri hingga Nganjuk.
Acara tahunan yang digelar Dinas
Pariwisata Kota Kediri ini sempat tertunda akibat kebakaran hutan di lereng
Gunung Wilis tahun ini. Tercatat sedikitnya 1.600 peserta dari berbagai
kalangan mendaftar baik perseorangan maupun beregu untuk menjajal kemampuan
fisik menyusuri rute gerilya sang pahlawan nasional yang menjadi panglima besar
pertama itu.
“Pemenangnya kami sediakan hadiah
sebelas juta rupiah,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Kediri Nurmuhyar.
Karena beratnya medan hampir seluruh
peserta berasal dari komunitas pecinta alam. Sebagian ada yang merupakan
perwakilan institusi seperti Kepolisian dan TNI. Mengenakan kostum ala prajurit
perjuangan lengkap dengan atribut tandu bambu berbungkus kain, para peserta
start dari area Taman Makam Pahlawan Kota Kediri.
Panitia sengaja mengubah rute napak
tilas ini dengan melintasi sebuah rumah kuno di Kelurahan Pakunden. Rumah milik
seorang dokter itu diketahui pernah menjadi tempat singgah Jenderal Soedirman
saat melakukan perjalanan gerilya.
"Baru kali ini peserta kami
lewatkan rumah singgah Jenderal Soedirman,” kata Kepala Bagian Humas Pemerintah
Kota Kediri Apip Permana.
Apip menjelaskan, gerak jalan napak
tilas ini terbuka bagi siapapun yang memiliki kekuatan fisik cukup. Panitia hanya
membagi peserta dalam dua kategori, yakni beregu putra dan perseorangan, serta
perseorangan putri. Kelompok putra dibagi lagi ke dalam kategori usia yakni di
atas 40 tahun dan dibawah 40 tahun.
Penilaian napak tilas ini sederhana.
Peraturan utamanya adalah setiap peserta dilarang keras membonceng ataupun
menumpang kendaraan dalam bentuk apapun untuk menyusuri jalan Kediri menuju
Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk sejauh 35 kilometer.
Hal ini untuk mengukur seberapa kuat
kemampuan fisik peserta seperti yang dilakukan pasukan Jenderal Soedirman saat
perang.
Dia mengakui jika jumlah peserta
tahun ini merosot dibanding tahun sebelumnya yang mencapai kisaran 3.000 orang.
Diduga hal ini karena wacana dibatalkannya acara ini menyusul maraknya
kebakaran hutan di lereng Wilis. Sehingga kegiatan yang tiap tahun dilaksanakan
pada bulan November terpaksa molor hingga Desember menunggu kepastian dari
Perhutani.(tmpo/htw/jat)