Depok, MetroLima.com - SMK Broadcast secara
konsep, paling terdepan ketimbang SMK Jurusan lainnya. Hal itu ditegaskan Ketua
AGBI, Anton Mabruri KN, di sela-sela pergantian nama SMK Cempaka Nusantara
menjadi SMK Cempaka Nusantara Plus di Depok, kemarin.
“ Broadcast itu telah
memiliki a-learning, dan sembilan mata diklat yang sudah pasti, “ungkapnya. Broadcast dibentuk dengan mengadopsi system
pengajaran perfilman.
Menanggapi
pertanyaan tentang perbedaan broadcast dengan broadcasting, Anton menjelaskan,
broadcasting adalah cabang dari ilmu komunikasi yang berhubungan dengan
penyiaran. Broadcasting secara harfiah adalah proses pengiriman sinyal/pesan ke
berbagai lokasi secara bersamaan, baik melalui satelit, radio, televise,
komunikasi data pada jaringan dan lain sebagainya. Sedangkan menurut UU penyiaran nomor 32 tahun
2002, broadcast terbagi terbagi menjadi dua yakni siaran (broadcast) dan
penyiaran (broadcasting), yang masing-masing memiliki definisi sendiri-sendiri.
“ Siaran itu adalah pesan
atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau
yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak,
yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. Sementara penyiaran adalah kegiatan pemancar luasan
siaran melalui sarana pemancaran dan atau sarana transmisi di darat, laut atau
di antariksa dengan menggunakan spectrum
frekuensi radio melalui udara, kabel, dan atau media lainnya untuk dapat
diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat
penerima siaran. Tapi di Indonesia, itu
keliru, dan tidak relevan, “ kata Anton
Di
dalam broadcast yang dipelajari tentu konten program tv, dan secara umum
terbagi dua, yakni karya jurnalistik dan
karya artistic. Karya jurnalistik didalamnya meliputi belajar berita dan
olahraga, sedangkan karya artistic adalah non drama dan drama. Di America dua
hal ini lazim dipelajari.
“ Nah broadcast yang
cenderung belajar jurnalistik itu masuk ranah komunikasi, sedangkan broadcast
dengan karya artistic lebih ke ranah seni. SMK boleh mempelajari dua hal
tersebut dengan tidak melepas acuan kurikulum utamanya, “nungkapnya.
Untuk
itu Menurut Anton, di dalam broadcast sendiri sebenarnya yang paling dominan di
kaji adalah bagaimana membuat konten sebuah siaran mulai dari praproduksi,
produksi dan pasca produksi.
“ Jadi bukan hanya
belajar secara teori saja, tapi di broadcast juga mempelajari praktik ,
bagaimana membuat sebuah tayangan/konten
yang menarik dan enak dilihat atau didengar, atau menurut teori ilmu
komunikasi, bagaimana pesan yang disampaikan sampai kepada khalayak ramai dan
umum, “ ujar
ketua umum AGBI ini kepada Metro Lima News.
Sedangkan
karakteristik broadcasting antara lain, memberi informasi, mendidik dan menghibur. Jadi, jelasnya, broadcast itu sekali lagi
adalah seni bukan teknik, karena bicara konten adalah bicara “taste” (rasa-sense
of art) bukan bicara teknik.
“ Di kurikulum 2013 untuk
broadcast ada di bidang keahlian : Teknologi informasi dan komunikasi. Padahal
pendekatannya dalam broadcast itu lebih kepada seni membuat program acara
televise dan atau radio. Bisa saja pemerintah dalam hal ini membuat SMK
Broadcasting dan kurikulum yang diterapkan adalah bagaimana membuat sebuah
transmitter dan receiver dengan daya sataunnya, “ujar Anton.
Namun
lucunya, ungkap Anton, kurikulum 2013 untuk broadcast mempelajari pengetahuan
listrik, elektronika dan digital serta teknologi penyiaran. Padahal dua
pelajaran ini, ada dalam ranah broadcasting bukan broadcast.
“Entah
siapa lagi yang menyusun kurikulum ini, “ tanyanya pusing. (RadM)