Headlines News :
Home » , » KPAI Depok Sebut Gay di Depok Capai 5.791 LSL

KPAI Depok Sebut Gay di Depok Capai 5.791 LSL

Ilustrasi Gay atau lelaki Suka Lelaki (LSL)
Depok, Metrolima.com - Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Depok mendata di wilayah tersebut sebanyak 5.791 pria merupakan gay alias lelaki suka lelaki (LSL). KPA mencermati, alasan banyaknya gay di Depok karena letaknya yang strategis dan berdekatan dengan Jakarta.



"Letak Depok berdekatan dengan Jakarta. Mereka menganggap dengan berhubungan sesama jenis tidak beresiko hamil," kata Sekretaris KPA Kota Depok Herry Kuntowo, Selasa (17/11).

Berdasarkan analisisnya, di antara tempat favorit atau tongkrongan kaum gay di Depok adalah pusat perbelanjaan.

Sedangkan KPA mengklasifikasikan kaum gay di Depok terbagi menjadi dua, yang pertama kaum yang mencari jasa alias PSK sejenis, kemudian yang kedua kaum yang menjadi PSK atau menjual jasa seks sejenis.

Kaum gay ini tersebar di sembilan kecamatan dan bekerja di panti pijat. "LSL itu kadang dia menjadi penjual kadang dia menjadi pembeli," lanjut Herry Kuntowo.

KPA Depok sering memberikan pembinaan kepada mereka. Tujuannya agar mereka tidak berperilaku seksual menyimpang. "Upaya kita seperti itu agar merubah perilakunya," ucap Herry.

Data KPA Depok menyebutkan Tahun 2014 tercatat penyuka sesama jenis sebanyak 4.932, dan tahun 2015 meningkat menjadi 5.791 LSL.

Dari jumlah tersebut, kaum yang disebut gay itu rata-rata berusia produktif antara 17 sampai 24 tahun. Mereka beralasan lebih memilih suka terhadap sesama jenis karena menghindari kehamilan. Jadi LSL akan bebas melakukan hubungan seks tanpa ada ketakutan untuk bertanggung jawab.

Sementara itu, Pengamat Sosial Budaya Universitas Indonesia Devie Rahmawati menuturkan, alasan lain seseorang menjadi gay karena munculnya hasrat menyukai sesama jenis karena dianggap sebagai tren. Terlebih lagi dengan arus zaman yang semakin modern membuat sebagian orang berpikir hal tersebut lumrah.

"Sehingga tidak mengherankan adanya kondisi ini. Dari tayangan yang ada dianggap sebagai tren baru. Artinya, dulu orang yang berperilaku menyimpang mungkin merasa malu, namun sekarang menjadi lebih terbuka," kata Devie terpisah.

Dan alasan lain, lelaki penyuka sesama jenis karena kurangnya perhatian dari orangtua.

Khususnya bagi mereka yang hidup di perkotaan menjadikan seseorang jadi individualistis.

Jika dulu ada orangtua yang bisa memberi teguran dan memberikan hukuman sosial, namun hidup di perkotaan saat ini tidak ada lagi kondisi seperti itu.

"Dengan hukuman sosial orang jadi tidak nyaman. Tapi di kota orang hidupnya individualistis," tambah Devie. (mrdk/desi/jat)
Share this article :

<<< Mari Bergabung Bersama Kami >>>

*** Telah Terbit Edisi 146 Tahun Ke-10 ***

*** Telah Terbit Edisi 146 Tahun Ke-10 ***
DAPATKAN SECARA BERLANGGANAN : Tabloid Dwi-mingguan : MEDIA CETAK DAN ONLINE : Berita Lengkap, Isi dan Tampilan Baru : Wisata, Kuliner, Info Kesehatan dan Kecantikan, Keluarga, Kisah Nyata, Misteri, Zodiak, Selebrita Dll.

BERITA POPULAR

 
Copyright © 2015. tabloidmetrolima - All Rights Reserved