Headlines News :
Home » » Tradisi Kebo-keboan, Banyuwangi, Mengalap Padi Bertuah

Tradisi Kebo-keboan, Banyuwangi, Mengalap Padi Bertuah


Berebut Padi Bertuah di Tradisi Kebo-keboan
Banyuwangi, Metrolima.com - Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh Banyuwangi penuh sesak, kala masyarakat berebut padi bertuah yang ditebar ibu-ibu tua. Tua dan muda, laki-laki dan perempuan, anak-anak dan dewasa saling berebut padi yang konon diberikan oleh Dewi Sri (Dewi padi) agar tanamannya sehat, tidak terserang penyakit dan panen berlimpah.


Namun di tengah-tengah masyarakat saling berebut benih padi, tiba-tiba saja kerbau jadi-jadian langsung menyerang mereka. Kerbau yang merupakan sosok manusia yang dicat hitam sekujur tubuhnya ini, tak rela padi tersebut diambil. Saling kejar pun terjadi. Masyarakat yang tertangkap langsung dilumuri cat hitam di sekujur tubuhnya.

Itulah ritual Kebo-keboan Alasmalang, yang digelar setiap bulan Suro, Minggu (25/10/2015). Ritual mengawali musim tanam yang sudah masuk dalam Banyuwangi Festival 2015 ini, diikuti oleh ratusan warga dan masyarakat sekitar.

Sebelumnya, puluhan kerbau jadi-jadian diarak warga keliling kampung. Sepanjang jalan, peserta bertingkah seperti kerbau pada umumnya. Situasi makin seru tatkala manusia kerbau menerobos barisan penonton. Bagi penonton yang berhasil ditangkap, tangan dan wajah mereka pun di olesi cairan hitam oleh peserta.

Sontak, tradisi inipun menjadi lebih meriah oleh sorak sorai penonton.Uniknya, meski wajah sampai belepotan penuh warna hitam, tak sedikitpun penonton marah. Mereka justru senang karena telah turut meramaikan acara ini.

"Di sini tidak boleh marah. Karena kita melestarikan budaya dan adat disini. Kalau kena kerbau ya hitam seperti ini," ujar Bella, sambil menunjukkan wajahnya yang belepotan cat hitam.

Turut serta di belakang rombongan kerbau jadi-jadian adalah barisan ibu-ibu berbusana petani membawa hasil bumi dan di ikuti kereta seorang putri dan para penari. Putri di sini sebagai perwujudan Dewi Sri atau dewi kemakmuran. Di barisan paling akhir, barong dan kelompok musik daerah Banyuwangi, juga ditampilkan.

"Kebo-keboan alas malang ini sebagai wujud syukur masyarakat agraris di Alas Malang. Jadi ini suatu bentuk ucapan terima kasih pada tuhan, atas hasil panen yang melimpah," kata Indra Gunawan, sesepuh warga setempat kepada detikcom.

Menurutnya, tradisi ini sudah digelar warga setempat sejak abad 18 Masehi silam setiap bulan syuro."Kalau tradisi ini tidak dilakukan, diyakini desa alas malang akan mendapat musibah," pungkasnya.

Pada pelaksanaan tradisi Kebo-keboan, warga membangun gapura di tiap batas desa dan dihias dengan berbagai macam hasil bumi. Seperti terong, jagung, kelapa dan berbagai macam kekayaan alam lainya.

Tradisi ini digelar warga Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi setiap tahun pada bulan syuro. tujuanya sebagai rasa terima kasih atas melimpahnya hasil bumi.

Setiap tahun, tradisi ini selalu menarik perhatian puluhan ribu penonton, baik dari kalangan warga setempat maupun luar kota. (dtikn/iwd/fat/jat)
Share this article :

<<< Mari Bergabung Bersama Kami >>>

*** Telah Terbit Edisi 146 Tahun Ke-10 ***

*** Telah Terbit Edisi 146 Tahun Ke-10 ***
DAPATKAN SECARA BERLANGGANAN : Tabloid Dwi-mingguan : MEDIA CETAK DAN ONLINE : Berita Lengkap, Isi dan Tampilan Baru : Wisata, Kuliner, Info Kesehatan dan Kecantikan, Keluarga, Kisah Nyata, Misteri, Zodiak, Selebrita Dll.

BERITA POPULAR

 
Copyright © 2015. tabloidmetrolima - All Rights Reserved